Selasa, 18 Maret 2025

Pemutaran Film Frankofon di Acara Francophonie IFI 2025


Sumber (Tangkapan layar instagram @ifi_indonesia)

18 Maret 2025 - Institut Français d'Indonésie (IFI) kembali menggelar Francophonie 2025 dengan menghadirkan pemutaran film Frankofon pada 17–22 Maret 2025 di IFI Thamrin, IFI Bandung, dan IFI Jogjakarta. Acara ini menampilkan berbagai film dari negara-negara berbahasa Prancis, seperti Prancis, Kanada, Swiss, Belgia, dan beberapa negara Afrika. Antusiasme penonton terlihat tinggi, dengan kursi yang hampir selalu terisi penuh di setiap sesi pemutaran. Selain menonton film, pengunjung juga dapat mengikuti diskusi bersama kritikus film, sineas, serta berbagai kegiatan menarik lainnya yang menambah wawasan mengenai dunia perfilman Frankofon.

Acara ini menghadirkan sejumlah film pilihan dari Prancis, Kanada, Belgia, Swiss, dan beberapa negara Afrika yang menggunakan bahasa Prancis sebagai bahasa utama. Film-film yang diputar menggambarkan berbagai perspektif sosial, budaya, dan sejarah dari dunia Frankofon. Beberapa film yang menjadi sorotan dalam acara ini adalah So Close to the Clouds (2023), Ru  (2023) , Savages (2024) , Haure du Caire (2014), The New Year That Never Came (2024), Amerikatsi (2022), Les Enfants Perdus (2024), dan beberapa film pendek.

Sejak hari pertama, pemutaran film ini menarik perhatian banyak penonton. Kursi di setiap sesi hampir selalu terisi penuh, dengan beragam kalangan mulai dari mahasiswa, sineas, hingga pencinta budaya Prancis yang turut hadir. Salah satu penonton yang menghadiri acara ini berbagi kesan setelah menonton film.

"Saya benar-benar terbawa ke dalam ceritanya. Film ini memberikan pengalaman menonton yang berbeda dari film-film yang biasa saya tonton, dan saya sangat menikmatinya," ujarnya.

Selain pemutaran film, acara ini juga menghadirkan diskusi bersama kritikus film dan akademisi, yang membahas perkembangan industri film Frankofon serta bagaimana pengaruhnya dalam skena global. Diskusi ini memberikan wawasan mengenai bagaimana film dari negara-negara Frankofon sering kali memiliki pendekatan yang lebih intim dan personal dalam mengangkat isu-isu sosial dibandingkan film arus utama lainnya.


Sumber (Tangkapan layar instagram @ifi_indonesia)

Tidak hanya itu, ada pula sesi tanya jawab dengan beberapa sineas, yang memberikan wawasan lebih dalam tentang proses kreatif di balik film-film yang ditayangkan. Para pembuat film berbagi pengalaman tentang bagaimana mereka mengembangkan ide cerita, menghadapi tantangan produksi, serta menyesuaikan diri dengan industri film di negara masing-masing.

Selain program utama, Francophonie IFI 2025 juga menghadirkan berbagai kegiatan pendukung yang menarik bagi pengunjung. Beberapa di antaranya adalah pameran seni visual yang terinspirasi dari sinema Frankofon serta workshop singkat tentang penyutradaraan dan penulisan skenario. Kegiatan ini memungkinkan para peserta untuk lebih memahami dunia perfilman dari perspektif yang lebih teknis.

Festival ini tidak hanya menjadi ajang untuk menonton film, tetapi juga memperkuat hubungan budaya antara Indonesia dan negara-negara Frankofon. Acara ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memahami lebih dalam tentang keanekaragaman budaya dan perspektif yang ditampilkan dalam film-film tersebut.

Francophonie IFI 2025 kembali membuktikan bahwa film dapat menjadi alat yang efektif untuk mengenalkan budaya dan mempererat hubungan internasional. Dengan pemutaran film yang beragam serta diskusi yang kaya wawasan, acara ini memberikan kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk lebih mengenal dunia Frankofon dari sudut pandang yang lebih luas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Festival Sinema Australia-Indonesia 2025: Merayakan Satu Dekade Kolaborasi Sinematik

May 2025 - Festival Sinema Australia-Indonesia (FSAI) 2025 resmi dimulai pada 16 Mei dan akan berlangsung hingga 14 Juni mendatang. Memasuki...